Dua anggota militer Indonesia dihukum mati, TNI hampir saja tenggelamkan Singapura
Singapura merupakan satu dari beberapa negara tetangga Indonesia yang ada di Asia Tenggara. Sejak beberapa tahun lalu, hubungan Indonesia dan Singapura terus terjalin erat.
Berbagai kerja sama dilakukan oleh kedua negara. Khususnya, kerja sama di bidang pariwisata. Saat ini banyak wisatawan dari Indonesia yang menghabiskan liburannya ke Singapura.
Hal sebaliknya juga terjadi.
Cukup banyak juga wisatawan dari Singapura yang berlibur ke beberapa tempat wisata yang ada di Indonesia. Namun, hubungan kedua negara pernah mengalami ketegangan.
Itu terjadi pada pertengahan dekade 1960-an. Saat itu, Indonesia memang berniat menggagalkan negara Federasi Malaysia. Federasi Malaysia merupakan gabungan dari beberapa negara di Melayu, satu di antaranya adalah Singapura.
Oleh karena itu, Indonesia pun mengirimkan sejumlah relawan untuk menggagalkan hal itu. Tidak terkecuali Harun Said, dan Usman Mohd Ali. Keduanya merupakan anggota Korps Komando Operasi (KKO), yang saat ini sudah berganti nama menjadi Marinir.
Tugas keduanya adalah menyabotase kepentingan Malaysia dan Singapura. Keduanya kemudian diberangkatkan ke Singapura dengan menggunakan perahu karet.
Mereka kemudian memutuskan untuk meledakkan Hotel Mac Donald. Hotel tersebut dipilih karena terletak di pusat kota Singapura. Sehingga, dengan diledakkannya tempat itu, maka akan menimbulkan dampak yang hebat.
Akhirnya, pada tanggal 8 Maret 1965, mereka pun meledakkan hotel tersebut Usai meledakkan hotel itu, kedua orang itu berusaha meninggalkan Singapura.
Mereka berencana bersembunyi di sebuah kapal dagang. Namun, hal itu segera diketahui oleh kapten kapal. Sehingga, mereka kemudian diusir.
Mereka kemudian melihat adanya sebuah motor boat milik orang China, dan merebutnya. Sayang, apa yang mereka lakukan sia-sia.
Sebab, di tengah jalan motor boat tersebut mogok di tengah jalan. Sehingga, mereka pun berhasil ditangkap oleh keamanan Singapura, dan dipenjara sebagai tawanan.
Oleh pengadilan, keduanya pun dijatuhi hukuman mati pada tanggal 17 Oktober 1968. Dijatuhinya hukuman mati kedua orang itu, memicu reaksi masyarakat Indonesia.
Tidak terkecuali marinir.
Berdasarkan buru 'Singapura Basis Israel Asia Tenggara' yang ditulis oleh Rizki Ridyasmara, saat itu Marinir sebenarnya sudah siap menenggelamkan Singapura hanya dalam waktu dua jam.
Namun, ketika itu Soeharto yang baru saja menjadi Presiden Indonesia belum ingin menyatakan perang dengan Singapura
Tribunnews.com
Berbagai kerja sama dilakukan oleh kedua negara. Khususnya, kerja sama di bidang pariwisata. Saat ini banyak wisatawan dari Indonesia yang menghabiskan liburannya ke Singapura.
Hal sebaliknya juga terjadi.
Cukup banyak juga wisatawan dari Singapura yang berlibur ke beberapa tempat wisata yang ada di Indonesia. Namun, hubungan kedua negara pernah mengalami ketegangan.
Itu terjadi pada pertengahan dekade 1960-an. Saat itu, Indonesia memang berniat menggagalkan negara Federasi Malaysia. Federasi Malaysia merupakan gabungan dari beberapa negara di Melayu, satu di antaranya adalah Singapura.
Oleh karena itu, Indonesia pun mengirimkan sejumlah relawan untuk menggagalkan hal itu. Tidak terkecuali Harun Said, dan Usman Mohd Ali. Keduanya merupakan anggota Korps Komando Operasi (KKO), yang saat ini sudah berganti nama menjadi Marinir.
Tugas keduanya adalah menyabotase kepentingan Malaysia dan Singapura. Keduanya kemudian diberangkatkan ke Singapura dengan menggunakan perahu karet.
Mereka kemudian memutuskan untuk meledakkan Hotel Mac Donald. Hotel tersebut dipilih karena terletak di pusat kota Singapura. Sehingga, dengan diledakkannya tempat itu, maka akan menimbulkan dampak yang hebat.
Akhirnya, pada tanggal 8 Maret 1965, mereka pun meledakkan hotel tersebut Usai meledakkan hotel itu, kedua orang itu berusaha meninggalkan Singapura.
Mereka berencana bersembunyi di sebuah kapal dagang. Namun, hal itu segera diketahui oleh kapten kapal. Sehingga, mereka kemudian diusir.
Mereka kemudian melihat adanya sebuah motor boat milik orang China, dan merebutnya. Sayang, apa yang mereka lakukan sia-sia.
Sebab, di tengah jalan motor boat tersebut mogok di tengah jalan. Sehingga, mereka pun berhasil ditangkap oleh keamanan Singapura, dan dipenjara sebagai tawanan.
Oleh pengadilan, keduanya pun dijatuhi hukuman mati pada tanggal 17 Oktober 1968. Dijatuhinya hukuman mati kedua orang itu, memicu reaksi masyarakat Indonesia.
Tidak terkecuali marinir.
Berdasarkan buru 'Singapura Basis Israel Asia Tenggara' yang ditulis oleh Rizki Ridyasmara, saat itu Marinir sebenarnya sudah siap menenggelamkan Singapura hanya dalam waktu dua jam.
Namun, ketika itu Soeharto yang baru saja menjadi Presiden Indonesia belum ingin menyatakan perang dengan Singapura