Selalu ngajak masyarakat untuk shalat subuh kemasjid berjamaah, Tokoh Muhammadyah ini akhirnya meninggal di dalam masjid
Hari masih gelap dan semua orang di dalam rumah sedang tidur pulas. Tiba-tiba terdengar suara orang mengetuk pintu sambil mengucapkan salam. Orang di dalam rumah pun terjaga, dan saat itu waktu masih menunjukkan pukul 03.00 WIB. Orang yang mengetuk pintu ternyata adalah H. Warsono Hadi.
Ia datang mengendarai sepeda motor bebek untuk mengabarkan kegiatan Subuh Keliling segera dimulai. Dan ia berharap, si empunya rumah ikut dalam kegiatan tersebut. Demikian pengalaman wartawan Pos Belitung bersama H Warsono Hadi beberapa tahun silam.
Jumat (25/8/2017) H Warsono Hadi meninggal dunia di Masjid Jami As-Sajadah Buluh Tumbang, Tanjungpandan, Kabupaten Belitung. Seorang saksi mata Ardi Kusuma mengatakan, pada saat itu H Warsono didapuk sebagai khatib salat Jumat.
Sebelum salat dimulai, H Warsono tampak menyerahkan bantuan dari PD Muhammadiyah Belitung untuk masjid tersebut. Tak lama kemudian, H Warsono duduk dekat mimbar sambil menunggu tugasnya sebagai khatib.
Namun tiba-tiba jemaah terdengar riuh, ada seseorang yang ambruk dan kemudian meninggal.
"Saya mendengar dua tarikan nafas orang itu, dan saya ada feeling waktu itu yang bersangkutan sudah berpulang, saya tidak menyangka kalau itu adalah Pak Warsono," kata Ardi.
Ia datang mengendarai sepeda motor bebek untuk mengabarkan kegiatan Subuh Keliling segera dimulai. Dan ia berharap, si empunya rumah ikut dalam kegiatan tersebut. Demikian pengalaman wartawan Pos Belitung bersama H Warsono Hadi beberapa tahun silam.
Jumat (25/8/2017) H Warsono Hadi meninggal dunia di Masjid Jami As-Sajadah Buluh Tumbang, Tanjungpandan, Kabupaten Belitung. Seorang saksi mata Ardi Kusuma mengatakan, pada saat itu H Warsono didapuk sebagai khatib salat Jumat.
Sebelum salat dimulai, H Warsono tampak menyerahkan bantuan dari PD Muhammadiyah Belitung untuk masjid tersebut. Tak lama kemudian, H Warsono duduk dekat mimbar sambil menunggu tugasnya sebagai khatib.
Namun tiba-tiba jemaah terdengar riuh, ada seseorang yang ambruk dan kemudian meninggal.
"Saya mendengar dua tarikan nafas orang itu, dan saya ada feeling waktu itu yang bersangkutan sudah berpulang, saya tidak menyangka kalau itu adalah Pak Warsono," kata Ardi.
Diberitakan oleh Pos Belitung sebelumnya,
Putra bungsu HM Warsono Hadi, M Ridho (26) mengatakan, permintaan terakhir yang disampaikan ayahnya yaitu membuat selamatan ulang tahun pernikahan.
Jumat (25/8/2017) adalah tepat 44 tahun usia perkawinan.
Menurut Ridho, pagi usai Salat Subuh, almarhum juga memberi selamat kepada istri kemudian memanjatkan doa. Selanjutnya memerintahkan keluarga agar membuat tumpeng.
"Kami sudah menyiapkan semua buat selamatan itu, tumpeng dan segala macam. Acaranya (potong tumpeng, red) tinggal nunggu bapak pulang dari Jumatan. Tapi dapat kabar, beliau sudah tidak ada (meninggal dunia, red)," ucap Ridho kepada posbelitung.com, Jumat (25/8/2017) malam.
HM Warsono Hadi meninggal dunia, Jumat (25/8/2017) siang.
Rupanya, jauh-jauh hari, sosok pensiunan guru itu sudah menyampaikan berbagai pesan kepada istri dan anak-anaknya.
"Beliau sering mengatakan sudah siap kalau sewaktu-waktu dipanggil (Allah SWT). Termasuk belum lama ini menunjukkan tempat kuburannya yang sudah dipesan, itu yang di Jalan Munir," kata M Ridho (26), putra almarhum Warsono.
"Tapi tetap saja kami kaget, karena pas mau berangkat Jumatan dalam kondisi sehat. Beliau menyebut diminta menjadi khatib di dua tempat, terus milih yang di Buluh Tumbang. Seperti biasa, beliau pergi mengendarai motor," ujarnya lagi.
HM Warsono Hadi ambruk lalu berpulang saat hendak naik mimbar sebagai khatib Jumat di Masjid Jami As-Sajadah Buluh Tumbang, Tanjungpandan, Kabupaten Belitung.
Sosok Warsono semasa hidup banyak mengabdikan diri dalam organisasi Muhammadiyah.
Lelaki kelahiran Klaten, 18 Oktober 1949 itu dipercaya mengemban amanah sebagai Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Belitung dua periode berturut-turut.
Sepanjang kepemimpinannya, banyak program yang dijalankan, mulai dari mengelola panti asuhan dan dhuafa, Subuh Keliling, hingga pembangunan masjid maupun surau.
Ketika sudah tidak menjabat, suami dari Sri Tusni ini pun masih tetap aktif dalam program- program tersebut.
Jenazah Warsono dikebumikan bakda Asar.
Kakek tujuh cucu tersebut sempat dua kali disalatkan, yakni di kediamannya Aik Ketekok, Tanjungpandan dan Masjid Abdul Hadi, Jalan Munir, Air Saga.
Masjid ini lokasinya dekat area pemakaman. (*)
Penggiat Subuh Keliling
Berikut ini adalah berita Pos Belitung 29 Desember 2013 lalu.
Dewan Mesjid Indonesia Kecamatan Tanjungpandan menggelar kegiatan Subuh Keliling di Mesjid Al Muharram Tanjungpandan, Minggu (29/12) pukul 04:30 WIB. Kegiatan ini juga sekaligus untuk memperingati tahun ke-5 pelaksanaan Subuh Keliling.
Koordinator kegiatan H.Warsono mengatakan, Subuh Keliling diisi dengan kegiatan Sholat Subuh berjamaah. Setelah itu acara dilanjutkan dengan mendengarkan tausiah yang disampaikan oleh Camat Tanjungpandan, Warsito.
"Ini merupakan tahun ke lima dan selama itu pula Subuh Keliling sudah dilaksanakan di 60 masjid di Kecamatan Tanjungpandan," kata Warsono kepada Pos Belitung, Minggu pagi.
Subuh keliling digelar dengan tujuan untuk meramaikan mesjid, khususnya pada waktu Sholat Subuh. Untuk menambah semangat para jamaah, panitia menyiapkan beragan hadiah.
Warsono juga aktif menyebarkan undangan kepada teman dan keluarga untuk mengikuti acara tersebut. Sedangkan dana penyelenggaraan kegiatan diadakan secara swadaya.
"Dananya dari masjid lah, kalau ada kekurangan biasanya kamia bantu dari Lazmuh Muhammadiyah," kata Warsono.
Ia menuturkan, Subuh Keliling terinspirasi dari tausiah yang disampaikan oleh penceramah dari luar daerah lima tahun silam.
Penceramah itu mengatakan, di daerah Ketapang, Pontianak, Kalimantan Barat terdapat acara bernama Suling yakni singkatan dari Subuh Keliling.
Acara tersebut berhasil meramaikan pelaksanaan Sholat Subuh di masjid-masjid.
"Bahkan di sana itu (Ketapang-red) sampai dihadiri oleh pejabat-pejabat, dari situlah saya terpikir untuk membuat acara yang sama di sini dan Alhamdulilah ini sudah berjalan selama lima tahun," kata Warsono.
Warsono menjelaskan, pada awalnya ia melaksanakan Subuh Keliling secara swadaya. Kemudian belakangan ia menggandeng DMI Tanjungpandan agar acara tersebut bertambah baik
Putra bungsu HM Warsono Hadi, M Ridho (26) mengatakan, permintaan terakhir yang disampaikan ayahnya yaitu membuat selamatan ulang tahun pernikahan.
Jumat (25/8/2017) adalah tepat 44 tahun usia perkawinan.
Menurut Ridho, pagi usai Salat Subuh, almarhum juga memberi selamat kepada istri kemudian memanjatkan doa. Selanjutnya memerintahkan keluarga agar membuat tumpeng.
"Kami sudah menyiapkan semua buat selamatan itu, tumpeng dan segala macam. Acaranya (potong tumpeng, red) tinggal nunggu bapak pulang dari Jumatan. Tapi dapat kabar, beliau sudah tidak ada (meninggal dunia, red)," ucap Ridho kepada posbelitung.com, Jumat (25/8/2017) malam.
HM Warsono Hadi meninggal dunia, Jumat (25/8/2017) siang.
Rupanya, jauh-jauh hari, sosok pensiunan guru itu sudah menyampaikan berbagai pesan kepada istri dan anak-anaknya.
"Beliau sering mengatakan sudah siap kalau sewaktu-waktu dipanggil (Allah SWT). Termasuk belum lama ini menunjukkan tempat kuburannya yang sudah dipesan, itu yang di Jalan Munir," kata M Ridho (26), putra almarhum Warsono.
"Tapi tetap saja kami kaget, karena pas mau berangkat Jumatan dalam kondisi sehat. Beliau menyebut diminta menjadi khatib di dua tempat, terus milih yang di Buluh Tumbang. Seperti biasa, beliau pergi mengendarai motor," ujarnya lagi.
HM Warsono Hadi ambruk lalu berpulang saat hendak naik mimbar sebagai khatib Jumat di Masjid Jami As-Sajadah Buluh Tumbang, Tanjungpandan, Kabupaten Belitung.
Sosok Warsono semasa hidup banyak mengabdikan diri dalam organisasi Muhammadiyah.
Lelaki kelahiran Klaten, 18 Oktober 1949 itu dipercaya mengemban amanah sebagai Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Belitung dua periode berturut-turut.
Sepanjang kepemimpinannya, banyak program yang dijalankan, mulai dari mengelola panti asuhan dan dhuafa, Subuh Keliling, hingga pembangunan masjid maupun surau.
Ketika sudah tidak menjabat, suami dari Sri Tusni ini pun masih tetap aktif dalam program- program tersebut.
Jenazah Warsono dikebumikan bakda Asar.
Kakek tujuh cucu tersebut sempat dua kali disalatkan, yakni di kediamannya Aik Ketekok, Tanjungpandan dan Masjid Abdul Hadi, Jalan Munir, Air Saga.
Masjid ini lokasinya dekat area pemakaman. (*)
Penggiat Subuh Keliling
Berikut ini adalah berita Pos Belitung 29 Desember 2013 lalu.
Dewan Mesjid Indonesia Kecamatan Tanjungpandan menggelar kegiatan Subuh Keliling di Mesjid Al Muharram Tanjungpandan, Minggu (29/12) pukul 04:30 WIB. Kegiatan ini juga sekaligus untuk memperingati tahun ke-5 pelaksanaan Subuh Keliling.
Koordinator kegiatan H.Warsono mengatakan, Subuh Keliling diisi dengan kegiatan Sholat Subuh berjamaah. Setelah itu acara dilanjutkan dengan mendengarkan tausiah yang disampaikan oleh Camat Tanjungpandan, Warsito.
"Ini merupakan tahun ke lima dan selama itu pula Subuh Keliling sudah dilaksanakan di 60 masjid di Kecamatan Tanjungpandan," kata Warsono kepada Pos Belitung, Minggu pagi.
Subuh keliling digelar dengan tujuan untuk meramaikan mesjid, khususnya pada waktu Sholat Subuh. Untuk menambah semangat para jamaah, panitia menyiapkan beragan hadiah.
Warsono juga aktif menyebarkan undangan kepada teman dan keluarga untuk mengikuti acara tersebut. Sedangkan dana penyelenggaraan kegiatan diadakan secara swadaya.
"Dananya dari masjid lah, kalau ada kekurangan biasanya kamia bantu dari Lazmuh Muhammadiyah," kata Warsono.
Ia menuturkan, Subuh Keliling terinspirasi dari tausiah yang disampaikan oleh penceramah dari luar daerah lima tahun silam.
Penceramah itu mengatakan, di daerah Ketapang, Pontianak, Kalimantan Barat terdapat acara bernama Suling yakni singkatan dari Subuh Keliling.
Acara tersebut berhasil meramaikan pelaksanaan Sholat Subuh di masjid-masjid.
"Bahkan di sana itu (Ketapang-red) sampai dihadiri oleh pejabat-pejabat, dari situlah saya terpikir untuk membuat acara yang sama di sini dan Alhamdulilah ini sudah berjalan selama lima tahun," kata Warsono.
Warsono menjelaskan, pada awalnya ia melaksanakan Subuh Keliling secara swadaya. Kemudian belakangan ia menggandeng DMI Tanjungpandan agar acara tersebut bertambah baik