Bulan depan mau nikah, calon istri dibacok hingga tewas
M. Mudiono, 30, tega membacok calon istrinya, Neny Agustin, 17, hingga tewas. Belum puas, lelaki asal Desa Macanan, Kecamatan Jogorogo, Ngawi, Jatim itu hendak membakar jasad Neny. Padahal, mereka sudah merencanakan pernikahan bulan depan.
Peristiwa memilukan itu terjadi di rumah korban Neny Agustin di Dusun Miling, Desa Dawung, Kecamatan Jogorogo, Ngawi, Jatim, kemarin pagi (26/9). Ketika itu Mudiono secara membabi buta membacok Neny dan hendak membakarnya. Sebilah parang yang dibawa juga dipakai untuk melukai tiga korban lain yang berusaha melerai.
Jawa Pos Radar Ngawi melaporkan, peristiwa berdarah itu terjadi sekitar pukul 10.00. Mudiono mendatangi rumah Neny. Mereka sempat terlibat cekcok. Tak mampu menahan diri, Mudiono mendadak menyerang Neny dengan parang. Neny berusaha menangkis hingga tangannya terluka.
Namun, akhirnya parang menghunjam ke leher hingga kepala bagian belakang. Korban lantas terkapar tak berdaya. Sumiati, 45, ibu korban, dan Prawiro Sikas, 82, kakeknya, juga tak luput dari serangan brutal Mudiono.
Tanpa ampun, Mudiono dengan beringas membacok beberapa kali calon mertuanya hingga mengakibatkan luka serius di kepala, punggung, dan tangan. Sedangkan Mbah Prawiro mengalami luka berat di bagian kepala dan tangan.
Mendengar teriakan histeris dari rumah Neny, Sumiyem, salah seorang tetangga korban, berusaha menghampiri. Belum sampai di teras rumah, Sumiyem melihat Darwanti, salah seorang tetangga lain, juga berlari ke luar rumah.
Darwanti juga sempat dikejar pelaku. Dia mengaku melihat Mudiono membawa parang berukuran besar. Panik melihat Mudiono yang kalap, Sumiyem berusaha kabur. Nahas, dia terkena bacok di tangan.
”Saya lari, tapi sempat dibacok,” ujar Sumiyem saat ditemui Jawa Pos Radar Ngawi di UGD Rumah Sakit (RS) At-Tin Husada Ngawi.
Menurut Sumiyem, setelah itu pelaku langsung berlari ke arah hutan sambil membawa parang. Tak berselang lama, Sumiati dan Mbah Prawiro keluar rumah dengan kondisi bersimbah darah. Mereka meminta pertolongan ke tetangga. Hanya dalam sekejap warga datang ke lokasi.
Keempat korban langsung dibawa ke Puskesmas Jogorogo, tapi akhirnya dirujuk ke RS At-Tin Husada. Lelaki yang kesehariannya bekerja mencari kroto (telur semut rangrang untuk makan burung) itu juga berusaha membakar rumah beserta penghuninya.
Sebelum aksinya diketahui tetangga, Mudiono sempat menyulut api di kasur tempat Neny terkapar. Warga yang datang ke lokasi langsung berupaya memadamkan api dengan melempar kasur itu ke luar rumah.
”Dari luar asap sudah kedul-kedul. Akhirnya (kasur, Red) dikeluarkan, daripada membakar rumah,” ujar Tuminah.
Bersamaan dengan itu, banyak warga yang mengejar pelaku ke arah hutan. Yang lain melapor ke polisi. ”Rencananya, bulan Safar ijaban (menikah, Red),” katanya. Mudiono sendiri sempat mendapatkan pandangan buruk dari keluarga Neny dan tetangga. Sebab, sekitar dua bulan lalu Mudiono sempat melarikan Neny setidaknya tiga hari. ”Bahkan, keluarga sampai melapor ke polsek. Cuma akhirnya pulang sendiri,” jelasnya.
Meski begitu, Tuminah belum bisa memastikan bahwa perkara tersebut yang menjadi penyebab pembacokan yang dilakukan Mudiono. Sebab, pihak keluarga disebutnya sudah melupakan tindakan Mudiono yang melarikan gadis itu. Terbukti dengan rencana perkawinan keduanya.
Kapolsek Jogorogo AKP Budi Cahyono menjelaskan, pihaknya masih memburu pelaku yang melarikan diri ke hutan. Soal motif, Budi mengaku belum tahu pasti. ”Keluarga masih kritis dan pelaku masih dalam perburuan,” ungkapnya
jpnn.com
Peristiwa memilukan itu terjadi di rumah korban Neny Agustin di Dusun Miling, Desa Dawung, Kecamatan Jogorogo, Ngawi, Jatim, kemarin pagi (26/9). Ketika itu Mudiono secara membabi buta membacok Neny dan hendak membakarnya. Sebilah parang yang dibawa juga dipakai untuk melukai tiga korban lain yang berusaha melerai.
Jawa Pos Radar Ngawi melaporkan, peristiwa berdarah itu terjadi sekitar pukul 10.00. Mudiono mendatangi rumah Neny. Mereka sempat terlibat cekcok. Tak mampu menahan diri, Mudiono mendadak menyerang Neny dengan parang. Neny berusaha menangkis hingga tangannya terluka.
Namun, akhirnya parang menghunjam ke leher hingga kepala bagian belakang. Korban lantas terkapar tak berdaya. Sumiati, 45, ibu korban, dan Prawiro Sikas, 82, kakeknya, juga tak luput dari serangan brutal Mudiono.
Tanpa ampun, Mudiono dengan beringas membacok beberapa kali calon mertuanya hingga mengakibatkan luka serius di kepala, punggung, dan tangan. Sedangkan Mbah Prawiro mengalami luka berat di bagian kepala dan tangan.
Mendengar teriakan histeris dari rumah Neny, Sumiyem, salah seorang tetangga korban, berusaha menghampiri. Belum sampai di teras rumah, Sumiyem melihat Darwanti, salah seorang tetangga lain, juga berlari ke luar rumah.
Darwanti juga sempat dikejar pelaku. Dia mengaku melihat Mudiono membawa parang berukuran besar. Panik melihat Mudiono yang kalap, Sumiyem berusaha kabur. Nahas, dia terkena bacok di tangan.
”Saya lari, tapi sempat dibacok,” ujar Sumiyem saat ditemui Jawa Pos Radar Ngawi di UGD Rumah Sakit (RS) At-Tin Husada Ngawi.
Menurut Sumiyem, setelah itu pelaku langsung berlari ke arah hutan sambil membawa parang. Tak berselang lama, Sumiati dan Mbah Prawiro keluar rumah dengan kondisi bersimbah darah. Mereka meminta pertolongan ke tetangga. Hanya dalam sekejap warga datang ke lokasi.
Keempat korban langsung dibawa ke Puskesmas Jogorogo, tapi akhirnya dirujuk ke RS At-Tin Husada. Lelaki yang kesehariannya bekerja mencari kroto (telur semut rangrang untuk makan burung) itu juga berusaha membakar rumah beserta penghuninya.
Sebelum aksinya diketahui tetangga, Mudiono sempat menyulut api di kasur tempat Neny terkapar. Warga yang datang ke lokasi langsung berupaya memadamkan api dengan melempar kasur itu ke luar rumah.
”Dari luar asap sudah kedul-kedul. Akhirnya (kasur, Red) dikeluarkan, daripada membakar rumah,” ujar Tuminah.
Bersamaan dengan itu, banyak warga yang mengejar pelaku ke arah hutan. Yang lain melapor ke polisi. ”Rencananya, bulan Safar ijaban (menikah, Red),” katanya. Mudiono sendiri sempat mendapatkan pandangan buruk dari keluarga Neny dan tetangga. Sebab, sekitar dua bulan lalu Mudiono sempat melarikan Neny setidaknya tiga hari. ”Bahkan, keluarga sampai melapor ke polsek. Cuma akhirnya pulang sendiri,” jelasnya.
Meski begitu, Tuminah belum bisa memastikan bahwa perkara tersebut yang menjadi penyebab pembacokan yang dilakukan Mudiono. Sebab, pihak keluarga disebutnya sudah melupakan tindakan Mudiono yang melarikan gadis itu. Terbukti dengan rencana perkawinan keduanya.
Kapolsek Jogorogo AKP Budi Cahyono menjelaskan, pihaknya masih memburu pelaku yang melarikan diri ke hutan. Soal motif, Budi mengaku belum tahu pasti. ”Keluarga masih kritis dan pelaku masih dalam perburuan,” ungkapnya