Cewek ini mau dinikahi cowok miskin yang ditolak banyak cewek, setelah menikah dan lihat isi ATM ia menyesal
Aku lahir dan besar di desa. Ketika aku berumur 12 tahun, ayah memutuskan untuk membawaku dan ibu untuk pindah ke kota. Kami sekeluarga hidup bahagia hingga suatu ketika, saat aku duduk di bangku SMA, ayah dan ibu meninggal dalam sebuah kecelakaan. Aku sangat kalut dan terpukul! Aku jadi semakin kalut saat tahu bahwa tak ada satupun keluarga ayah dan ibu yang bersedia untuk merawatku. Aku benci mereka semua! Kini aku mengerti bahwa hati manusia ternyata sangat dingin!
Setelah pemakaman ayah dan ibu, aku memutuskan untuk berhenti sekolah. Tiada hari aku lewati tanpa hura-hura dengan uang peninggalan orang tuaku. Aku mulai belajar merokok dan bergaul dengan anak-anak nakal. Dari pergaulan tersebut aku pun berkenalan dengan seorang preman yang kemudian menjadi pacarku. Aku sangat mencintai pacarku, ia adalah duniaku, segalanya bagiku. Awalnya aku mengira ia juga mencintaiku seperti aku mencintainya, namun ternyata tidak demikian! Ia hanya mencintai hartaku! Ketika harta peninggalan orangtuaku habis, ia pun pergi meninggalkanku!
Akhirnya aku sadar bahwa selama ini aku berjalan di jalan yang salah. Aku mencari pekerjaan dan mulai hidup yang baru. Tahun demi tahun berlalu, tak terasa aku sudah menginjak umur 28 tahun. Di saat semua gadis seumurku mulai menikah, aku masih belum juga memiliki pacar. Tak ada satu pun pria yang mau menikahi gadis yatim piatu dengan masa lalu kelam sepertiku ini.
Suatu hari seorang bibi di tempatku bekerja menawarkan untuk menjodohkanku dengan keponakannya yang tinggal di desa. Setelah berpikir matang-matang, akhirnya aku menyetujuinya. Setelah pertemuan pertama, aku pun menikah dengan Yono yang 4 tahun lebih tua dariku. Meskipun aku tak mencintainya, namun Yono tetap bersikap baik terhadapku.
Kami tinggal di sebuah rumah sewaan dan hidup pas-pasan dari penghasilan Yono sebagai buruh bangunan. Setaun kemudian kami dikaruniai seorang anak lelaki. Yono sangat bahagia. Ia berjanji akan semakin giat bekerja untuk membeli rumah dan memberikan kehidupan yang lebih baik bagiku dan putra kami. Aku hanya mendengar sambil lalu saja...
Ketika putra kami berumur 2 tahun, aku menerima telepon dari perusahaan tempat Yono bekerja. Kepala bangunan mengatakan bahwa Yono mengalami kecelakaan saat bekerja dan nyawanya tak dapat tertolong.
Sepulangnya dari pemakaman, aku mulai membereskan barang-barang Yono. Ketika itu aku menemukan sebuah kartu ATM dengan sebuah kertas bertuliskan password. Saat dicek, ternyata ada uang tabungan sebesar 40 juta di dalamnya! Tak lama kemudian, kepala bangunan kembali menelponku untuk memberitahu bahwa perusahaan aku memberikan ganti rugi sebesar 130 juta. Kepala bangunan juga berkata bahwa selama ini Yono bekerja tanpa kenal lelah demi membeli rumah bagiku dan anak kami.
Setelah telepon di tutup, aku menangis sekeras-kerasnya! Hidup ini sungguh tak adil! Mengapa orang-orang yang menyayangiku semua pergi meniggalkanku?! Aku terus menangis hingga tiba-tiba aku mendengar suara tangis putraku. Aku segera menghampiri dan memeluknya erat-erat. Ketika itu aku sadar, tak ada gunanya menyalahkan keadaan, tak ada gunanya larut dalam kesedihan. Hidup akan terus berlanjut tak peduli apa yang terjadi saat ini. Malam itu juga, aku berjanji pada almarhum Yono, segala pengorbanannya tak akan pernah sia-sia, aku akan tetap kuat dan terus berjuang demi putra kami! . Baca selengkapnya kisah menarik di cerpen.co.id
Setelah pemakaman ayah dan ibu, aku memutuskan untuk berhenti sekolah. Tiada hari aku lewati tanpa hura-hura dengan uang peninggalan orang tuaku. Aku mulai belajar merokok dan bergaul dengan anak-anak nakal. Dari pergaulan tersebut aku pun berkenalan dengan seorang preman yang kemudian menjadi pacarku. Aku sangat mencintai pacarku, ia adalah duniaku, segalanya bagiku. Awalnya aku mengira ia juga mencintaiku seperti aku mencintainya, namun ternyata tidak demikian! Ia hanya mencintai hartaku! Ketika harta peninggalan orangtuaku habis, ia pun pergi meninggalkanku!
Akhirnya aku sadar bahwa selama ini aku berjalan di jalan yang salah. Aku mencari pekerjaan dan mulai hidup yang baru. Tahun demi tahun berlalu, tak terasa aku sudah menginjak umur 28 tahun. Di saat semua gadis seumurku mulai menikah, aku masih belum juga memiliki pacar. Tak ada satu pun pria yang mau menikahi gadis yatim piatu dengan masa lalu kelam sepertiku ini.
Suatu hari seorang bibi di tempatku bekerja menawarkan untuk menjodohkanku dengan keponakannya yang tinggal di desa. Setelah berpikir matang-matang, akhirnya aku menyetujuinya. Setelah pertemuan pertama, aku pun menikah dengan Yono yang 4 tahun lebih tua dariku. Meskipun aku tak mencintainya, namun Yono tetap bersikap baik terhadapku.
Kami tinggal di sebuah rumah sewaan dan hidup pas-pasan dari penghasilan Yono sebagai buruh bangunan. Setaun kemudian kami dikaruniai seorang anak lelaki. Yono sangat bahagia. Ia berjanji akan semakin giat bekerja untuk membeli rumah dan memberikan kehidupan yang lebih baik bagiku dan putra kami. Aku hanya mendengar sambil lalu saja...
Ketika putra kami berumur 2 tahun, aku menerima telepon dari perusahaan tempat Yono bekerja. Kepala bangunan mengatakan bahwa Yono mengalami kecelakaan saat bekerja dan nyawanya tak dapat tertolong.
Sepulangnya dari pemakaman, aku mulai membereskan barang-barang Yono. Ketika itu aku menemukan sebuah kartu ATM dengan sebuah kertas bertuliskan password. Saat dicek, ternyata ada uang tabungan sebesar 40 juta di dalamnya! Tak lama kemudian, kepala bangunan kembali menelponku untuk memberitahu bahwa perusahaan aku memberikan ganti rugi sebesar 130 juta. Kepala bangunan juga berkata bahwa selama ini Yono bekerja tanpa kenal lelah demi membeli rumah bagiku dan anak kami.
Setelah telepon di tutup, aku menangis sekeras-kerasnya! Hidup ini sungguh tak adil! Mengapa orang-orang yang menyayangiku semua pergi meniggalkanku?! Aku terus menangis hingga tiba-tiba aku mendengar suara tangis putraku. Aku segera menghampiri dan memeluknya erat-erat. Ketika itu aku sadar, tak ada gunanya menyalahkan keadaan, tak ada gunanya larut dalam kesedihan. Hidup akan terus berlanjut tak peduli apa yang terjadi saat ini. Malam itu juga, aku berjanji pada almarhum Yono, segala pengorbanannya tak akan pernah sia-sia, aku akan tetap kuat dan terus berjuang demi putra kami! . Baca selengkapnya kisah menarik di cerpen.co.id