Pelaku pembacok polisi menyerahkan diri usai kabur menggembel dan kangen orang tua - Khazahk.com
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Pelaku pembacok polisi menyerahkan diri usai kabur menggembel dan kangen orang tua

Terdapat tragedi pembacokan yang terjadi di Jalan Celepuk 1 Kelurahan Jatimakmur,Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi, Minggu (3/12/2017) pukul 03.15, Warta Kota (14/12/2017).


Korban pembacokan tersebut adalah dua orang polisi.

Dua polisi tersebut adalah Iptu Panjang, Kapolsubsektor Jatibening dan Bripka Slamet Aji, Ba Unit Sabhara Polsek Pondok Gede.

Mereka dibacok saat akan membubarkan sekelompok orang yang hendak tawuran. Tak lama kemudian, polisi akhirnya berhasil membekuk tersangka penganiayaan. Salah satu pelaku adalah Sahrul, pemuda 20 tahun yang bertugas untuk membacok polisi dengan menggunakan celurit.

Awalnya, ia bersama rekan gengnya sedang merayakan ulang tahun geng Rawa Lele 212 di lokasi kejadian. Ia bersama puluhan teman-temannya menenggak minuman keras dan hendak tawuran dengan geng lainnya.

“Emang udah siap-siap tawuran. Kami lagi nunggu lawan, tapi tahu-tahu polisi datang,” kata Sahrul.

Seluruh anggota geng tersebut pun kocar-kacir. Mereka masuk ke gang-gang di pemukiman tersebut.

Sahrul mengaku ia mengira bahwa anggota polisi tersebut merupakan geng lawannya. Hal ini lantaran seragam polisi itu ditutupi jaket, apalagi sebelumnya ia mengaku anggota gengnya yang sedang berkumpul dilempari batu.

“Pas polisi masuk gang, saya langsung bacok pakai celurit yang udah saya bawa. Saya nggak tahu kalau dia polisi,” katanya.

“Pas polisi masuk gang, saya langsung bacok pakai celurit yang udah saya bawa. Saya nggak tahu kalau dia polisi,” kata lulusan SMA tersebut.

Mengetahui anggota polisi terluka, ia pun langsung melarikan diri ke Bojong Gede, Bogor.

Meski dengan bermodalkan hanya Rp 50.000.

“Saya takut dan panik. Saya kabur ke mana aja yang penting nggak ketangkep polisi. Di Bojong Gede juga nggak ada siapa-siapa. Saya ngegelandang aja,” akunya yang sehari-hari hanya mengurus sebuah pemancingan di Pondok Gede.

Untuk makan dan minum, ia terpaksa mengamen. Sedangkan tidur di terminal, masjid, maupun emperan toko. Namun, selama tiga hari pelariannya, ia mengaku tak tenang.

“Saya selalu teringat ibu saya. Kasihan sendirian udah tua, bapak nggak ada, masih ada adik saya dua,” kata Sahrul yang mulai berlinang air mata.

Akhirnya, ia tak bisa menahan diri. Ia memutuskan untuk menyerahkan diri.

“Saya pulang ke rumah dulu nemuin ibu. Saya nangis, minta maaf. Habis itu baru saya nyerahin diri ke Polres Bekasi,” katanya.

Namun ternyata bukan hanya Sahrul, temannya yang bernama AMA juga melakukan hal serupa. Saat tragedi tersebut, peranan AMA adalah memukul kepala polisi dengan menggunakan paralon yang sebelumnya diduga diisi semen dan besi.

“Pelaku selama ini sembunyi ke tempat saudaranya, akhirnya kita membujuk kepada saudaranya agar mau menyerahkan diri kepada Polres,” jelas Argo.

Satu pelaku lagi hingga kini masih buron. Sedangkan kondisi kedua polisi saat ini sudah membaik.

Sahrul pun mengaku telah menyesali perbuatannya. Apalagi kini ia dijerat Pasal 351 tentang penganiayaan dengan ancaman hukuman maksimal lima tahun. (tribunnews.com)