Rotasi bumi melambat, tahun 2018 akan menjadi tahun nya gempa dimana-mana
Kejadian gempa bumi belum dapat diprediksi secara ilmiah. Gempa akan datang secara tiba-tiba dan dapat menimbulkan kerusakan jika kekuatannya besar. Lain halnya dengan bencana lain seperti badai, yang dapat diprediksi kapan kemunculannya.
Ngerinya, ilmuwan memperkirakan akan adanya gelombang gempa di tahun 2018 yang tidak mudah.
Sebagaimana TribunJogja.com kutip dari Time, wilayah yang diperkirakan paling berpotensi adalah di daerah ekuator, berada dalam garis lintang 30ยบ utara atau selatan.
Berdasarkan hasil studi yang dipresentasikan pada pertemuan tahunan Geological Society of America di Seattle dan dipublikasikan di Geophysical Research Letters itu, wilayah Indonesia akan terdampak bila prediksi itu benar adanya.
Seperti diketahui, wilayah astronomi Indonesia berada di 6o LU (Lintang Utara) - 11o LS (Lintang Selatan) dan 95o BT (Bujur Timur) - 141o BT (Bujur Timur).
Penyebab gempa yang diperkirakan akan lebih banyak itu adalah karena rotasi bumi yang lambat.
Ahli geologi Roger Bilham dari Universitas Colorado, Boulder, dan Rebecca Bendick dari University of Montana, melacak kejadian gempa berkekuatan 7 atau lebih besar di seluruh dunia, sejak tahun 1900.
Berdasarkan catatan mereka, di kebanyakan tahun ada rata-rata 15 guncangan besar, dengan interval jarak yang merata dalam 117 tahun terakhir, di mana total guncangan tahunan melompat antara tahun ke-25 dan 30.
Sampel lebih dari satu abad dari planet Bumi yang berusia lebih dari 4 miliar tahun memang bukan sampel waktu yang representatif.
Namun Bilham dan Bendick melihat hal lain tentang periode rawan gempa yang mudah berubah ini.
Mereka tampaknya mengikuti pelambatan periodik dalam kecepatan rotasi bumi.
Kepadatan Bumi jauh berkurang dari yang terlihat, yakni inti luarnya yang memiliki ketebalan sekitar 1.200 mil (2.200 km) dan sebagian besar terdiri dari besi cair dan nikel.
Cairan besi dan nikel itu cenderung mengendap, diduga terjadi dari waktu ke waktu, karena gerakan maju mundur dalam siklus yang berulang.
Gerakan di dalam Bumi itu sedikit mengubah kecepatan putaran planet ini, sehari sekitar satu milidetik, menambah atau mengurangi dari 24 jam.
Perubahan secara teratur ini dicatat oleh jam atom.
Ketika terjadi perlambatan, inti lelehan terus mengalami ketegangan di luar, mematuhi hukum dasar Newton bahwa benda bergerak akan berusaha sekuat tenaga agar tetap bergerak.
Tekanan itu perlahan menyebar melalui bebatuan dan lempengan, serta mempengaruhi apa yang ada di atasnya.
Bilham dan Bendick menghitung, dibutuhkan lima sampai enam tahun untuk energi yang dikirim oleh inti, untuk memancarkan ke lapisan atas planet di mana terjadi gempa.
Itu berarti, setelah jam atom menunjukkan perlambatan lima sampai enam tahun dari sebelumnya, akan lebih baik untuk melakukan upaya antisipasi.
Terakhir kali, rotasi Bumi melambat pada tahun 2011 ( tribunnews.com )
Ngerinya, ilmuwan memperkirakan akan adanya gelombang gempa di tahun 2018 yang tidak mudah.
Sebagaimana TribunJogja.com kutip dari Time, wilayah yang diperkirakan paling berpotensi adalah di daerah ekuator, berada dalam garis lintang 30ยบ utara atau selatan.
Berdasarkan hasil studi yang dipresentasikan pada pertemuan tahunan Geological Society of America di Seattle dan dipublikasikan di Geophysical Research Letters itu, wilayah Indonesia akan terdampak bila prediksi itu benar adanya.
Seperti diketahui, wilayah astronomi Indonesia berada di 6o LU (Lintang Utara) - 11o LS (Lintang Selatan) dan 95o BT (Bujur Timur) - 141o BT (Bujur Timur).
Penyebab gempa yang diperkirakan akan lebih banyak itu adalah karena rotasi bumi yang lambat.
Ahli geologi Roger Bilham dari Universitas Colorado, Boulder, dan Rebecca Bendick dari University of Montana, melacak kejadian gempa berkekuatan 7 atau lebih besar di seluruh dunia, sejak tahun 1900.
Berdasarkan catatan mereka, di kebanyakan tahun ada rata-rata 15 guncangan besar, dengan interval jarak yang merata dalam 117 tahun terakhir, di mana total guncangan tahunan melompat antara tahun ke-25 dan 30.
Sampel lebih dari satu abad dari planet Bumi yang berusia lebih dari 4 miliar tahun memang bukan sampel waktu yang representatif.
Namun Bilham dan Bendick melihat hal lain tentang periode rawan gempa yang mudah berubah ini.
Mereka tampaknya mengikuti pelambatan periodik dalam kecepatan rotasi bumi.
Kepadatan Bumi jauh berkurang dari yang terlihat, yakni inti luarnya yang memiliki ketebalan sekitar 1.200 mil (2.200 km) dan sebagian besar terdiri dari besi cair dan nikel.
Cairan besi dan nikel itu cenderung mengendap, diduga terjadi dari waktu ke waktu, karena gerakan maju mundur dalam siklus yang berulang.
Gerakan di dalam Bumi itu sedikit mengubah kecepatan putaran planet ini, sehari sekitar satu milidetik, menambah atau mengurangi dari 24 jam.
Perubahan secara teratur ini dicatat oleh jam atom.
Ketika terjadi perlambatan, inti lelehan terus mengalami ketegangan di luar, mematuhi hukum dasar Newton bahwa benda bergerak akan berusaha sekuat tenaga agar tetap bergerak.
Tekanan itu perlahan menyebar melalui bebatuan dan lempengan, serta mempengaruhi apa yang ada di atasnya.
Bilham dan Bendick menghitung, dibutuhkan lima sampai enam tahun untuk energi yang dikirim oleh inti, untuk memancarkan ke lapisan atas planet di mana terjadi gempa.
Itu berarti, setelah jam atom menunjukkan perlambatan lima sampai enam tahun dari sebelumnya, akan lebih baik untuk melakukan upaya antisipasi.
Terakhir kali, rotasi Bumi melambat pada tahun 2011 ( tribunnews.com )