Ternyata berbikini kebiasaan peradaban wanita zaman kuno, sekarang malah dianggap modern
Kehidupan zaman dahulu memang selalu menarik untuk dibahas. Termasuk kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan para perempuan di zaman kuno. Ternyata ada sederetan hal aneh yang dialami oleh perempuan di zaman Roma, Yunani, Mesir, India, dan China kuno.
Termasuk hak-hak tertentu, pembatasan, hobi, dan lainnya.
Nah, dikutip TribunTravel.com dari laman Bright Side, berikut fakta-fakta aneh tentang perempuan zaman kuno yang jarang dimuat dalam buku sejarah.
1. 'Boneka Barbie'-nya perempuan zaman Romawi Kuno
Di zaman Romawi kuno, anak perempuan biasa menikah saat masih berusia 12 tahun. Meski masa kecil tidak bertahan lama, mereka tetap bermain dengan mainan. Satu di antaranya, seperti yang ditemukan pada akhir abad ke-19, adalah boneka kayu.
Ditemukan di sebuah sarkofagus yang merupakan milik seorang gadis bernama Crepereia Tryphaena, yang tinggal di Roma pada abad ke-2. Seperti yang bisa kita lihat, boneka ini memiliki kemiripan tertentu dengan Barbie modern kita. Namun, ia tidak memiliki dimensi ideal Barbie modern, karena memiliki perut agak bulat dan pinggul yang lebar.
Sebuah kotak kecil yang penuh dengan pakaian untuk dikenakan pada boneka itu juga ditemukan dalam sarkofagus yang sama.
2. Perempuan Mesir kuno memiliki hak yang sama untuk mewarisi tahta kerajaan.
Mesir ternyata jauh lebih demokratis daripada kerajaan-kerajaan kuno lainnya. Bukti utama dari hal ini adalah fakta, terlepas dari jenis kelaminnya, setiap anak dari seorang raja bisa mewarisi tahta. Hak laki-laki dan perempuan hampir sama, dan sebenarnya merupakan hal yang tidak biasa pada masa itu.
Terlebih lagi, garis keluarga di Mesir kuno diambil dari pihak ibu, bukan milik ayahnya. Hal ini berakar pada keyakinan, warisan dapat dibuktikan jika pihak ibu diketahui dengan jelas (karena tes DNA untuk ayah tidak tersedia saat itu).
3. Perempuan Yunani punya hak untuk bercerai
Meskipun wanita di zaman Yunani kuno tidak dianggap sebagai warga negara serta memiliki hak dan kebebasan yang sangat terbatas, prosedur perceraian zaman itu ternyata sudah cukup adil. Jika seorang wanita ingin bercerai dari suaminya, dia hanya membutuhkan seorang wakil laki-laki untuk membuat kesepakatan atas namanya.
Namun, jika seorang pria yang menginginkan perceraian, maka yang harus dia lakukan hanyalah mengusir istrinya keluar dari rumah.
4. Wanita Mesir bisa memegang posisi religius tinggi
Bukanlah hal umum bagi seorang wanita untuk terlibat secara serius dalam kehidupan religius. Namun, Mesir kuno adalah sebuah pengecualian. Wanita di Mesir bisa memegang posisi "Istri Dewa" yang dikaitkan dengan dewa-dewa yang berbeda.
Tetapi posisi yang paling penting adalah "Istri Amun Dewa".
Ini adalah gelar kehormatan yang diberikan kepada seorang wanita (yang berasal dari kelas manapun, tapi kemudian ditentukan hanya dari kelas atas) yang akan membantu para pemimpin keyakinan dalam upacara dan merawat patung dewa.
Selain itu, pada zaman Mesir kuno, wanita tidak umum menjadi ibu rumah tangga, karena mereka biasa berbaur di masyarakat. Ada berbagai artefak di mana wanita digambarkan sebagai musisi profesional, penari, dan tamu pesta.
5. Perempuan zaman Romawi Kuno sudah sangat terdidik
Pendidikan perempuan di Romawi kuno adalah pertanyaan yang agak kontroversial. Sebagian besar anak perempuan diajari dasar membaca dan menulis di sekolah. Namun, beberapa keluarga menginginkan anak perempuan mereka mendapatkan pengetahuan yang lebih luas, dan karenanya mereka mempekerjakan tutor privat untuk pelajaran tata bahasa dan bahasa Yunani lanjutan.
Alasannya adalah untuk membuat seorang gadis menjadi teman yang berpendidikan dan menarik bagi suaminya.
6. Perempuan Yunani kuno bermain "jack" atau semacam bekel
Para perempuan di zaman Yunani kuno menikmati permainan yang berbeda. Di antaranya adalah permainan yang disebut "knucklebone" (astragalos), yang mirip dengan "jack" modern atau mirip dengan bekel. Permainan yang melibatkan melempar "knucklebones" ke udara dan menangkap sebanyak mungkin dengan satu tangan saat mereka jatuh.
"Knucklebones" terbuat dari tulang kaki domba atau kambing atau suatu model yang terbuat dari bahan lain seperti, gading, perunggu, atau terakota.
Seperti yang digambarkan dalam mosaik dari abad ke-4 Masehi yang ditemukan di Sisilia, gadis-gadis Romawi biasa memakai sesuatu yang sangat mirip dengan bikini modern.
Termasuk hak-hak tertentu, pembatasan, hobi, dan lainnya.
Nah, dikutip TribunTravel.com dari laman Bright Side, berikut fakta-fakta aneh tentang perempuan zaman kuno yang jarang dimuat dalam buku sejarah.
1. 'Boneka Barbie'-nya perempuan zaman Romawi Kuno
Di zaman Romawi kuno, anak perempuan biasa menikah saat masih berusia 12 tahun. Meski masa kecil tidak bertahan lama, mereka tetap bermain dengan mainan. Satu di antaranya, seperti yang ditemukan pada akhir abad ke-19, adalah boneka kayu.
Ditemukan di sebuah sarkofagus yang merupakan milik seorang gadis bernama Crepereia Tryphaena, yang tinggal di Roma pada abad ke-2. Seperti yang bisa kita lihat, boneka ini memiliki kemiripan tertentu dengan Barbie modern kita. Namun, ia tidak memiliki dimensi ideal Barbie modern, karena memiliki perut agak bulat dan pinggul yang lebar.
Sebuah kotak kecil yang penuh dengan pakaian untuk dikenakan pada boneka itu juga ditemukan dalam sarkofagus yang sama.
2. Perempuan Mesir kuno memiliki hak yang sama untuk mewarisi tahta kerajaan.
Mesir ternyata jauh lebih demokratis daripada kerajaan-kerajaan kuno lainnya. Bukti utama dari hal ini adalah fakta, terlepas dari jenis kelaminnya, setiap anak dari seorang raja bisa mewarisi tahta. Hak laki-laki dan perempuan hampir sama, dan sebenarnya merupakan hal yang tidak biasa pada masa itu.
Terlebih lagi, garis keluarga di Mesir kuno diambil dari pihak ibu, bukan milik ayahnya. Hal ini berakar pada keyakinan, warisan dapat dibuktikan jika pihak ibu diketahui dengan jelas (karena tes DNA untuk ayah tidak tersedia saat itu).
3. Perempuan Yunani punya hak untuk bercerai
Meskipun wanita di zaman Yunani kuno tidak dianggap sebagai warga negara serta memiliki hak dan kebebasan yang sangat terbatas, prosedur perceraian zaman itu ternyata sudah cukup adil. Jika seorang wanita ingin bercerai dari suaminya, dia hanya membutuhkan seorang wakil laki-laki untuk membuat kesepakatan atas namanya.
Namun, jika seorang pria yang menginginkan perceraian, maka yang harus dia lakukan hanyalah mengusir istrinya keluar dari rumah.
4. Wanita Mesir bisa memegang posisi religius tinggi
Bukanlah hal umum bagi seorang wanita untuk terlibat secara serius dalam kehidupan religius. Namun, Mesir kuno adalah sebuah pengecualian. Wanita di Mesir bisa memegang posisi "Istri Dewa" yang dikaitkan dengan dewa-dewa yang berbeda.
Tetapi posisi yang paling penting adalah "Istri Amun Dewa".
Ini adalah gelar kehormatan yang diberikan kepada seorang wanita (yang berasal dari kelas manapun, tapi kemudian ditentukan hanya dari kelas atas) yang akan membantu para pemimpin keyakinan dalam upacara dan merawat patung dewa.
Selain itu, pada zaman Mesir kuno, wanita tidak umum menjadi ibu rumah tangga, karena mereka biasa berbaur di masyarakat. Ada berbagai artefak di mana wanita digambarkan sebagai musisi profesional, penari, dan tamu pesta.
5. Perempuan zaman Romawi Kuno sudah sangat terdidik
Pendidikan perempuan di Romawi kuno adalah pertanyaan yang agak kontroversial. Sebagian besar anak perempuan diajari dasar membaca dan menulis di sekolah. Namun, beberapa keluarga menginginkan anak perempuan mereka mendapatkan pengetahuan yang lebih luas, dan karenanya mereka mempekerjakan tutor privat untuk pelajaran tata bahasa dan bahasa Yunani lanjutan.
Alasannya adalah untuk membuat seorang gadis menjadi teman yang berpendidikan dan menarik bagi suaminya.
6. Perempuan Yunani kuno bermain "jack" atau semacam bekel
Para perempuan di zaman Yunani kuno menikmati permainan yang berbeda. Di antaranya adalah permainan yang disebut "knucklebone" (astragalos), yang mirip dengan "jack" modern atau mirip dengan bekel. Permainan yang melibatkan melempar "knucklebones" ke udara dan menangkap sebanyak mungkin dengan satu tangan saat mereka jatuh.
"Knucklebones" terbuat dari tulang kaki domba atau kambing atau suatu model yang terbuat dari bahan lain seperti, gading, perunggu, atau terakota.
7. Gadis-gadis Romawi kuno mengenakan bikini
Seperti yang digambarkan dalam mosaik dari abad ke-4 Masehi yang ditemukan di Sisilia, gadis-gadis Romawi biasa memakai sesuatu yang sangat mirip dengan bikini modern.
8. Wanita Romawi cukup atletis.
Mosaik yang sama menunjukkan perempuan Romawi kuno juga menyukai olahraga. Prototipe barbel modern yang tampak di lukisan ini terlihat sangat mengesankan. Di Roma kuno, perempuan memiliki banyak kegiatan rekreasi dan kehidupan sosial yang kaya.
9. Seorang wanita China bisa ditinggalkan oleh suaminya jika dia berbicara terlalu banyak
Di Cina kuno, seorang wanita hampir tidak memiliki hak dan dianggap sebagai properti milik suaminya. Pernikahan diatur oleh mak comblang profesional, dan seorang perempuan biasanya baru bertemu dengan suaminya untuk pertama kali saat pernikahan berlangsung. Dalam sebuah pernikahan tradisional, orangtua mempelai laki-laki biasanya duduk, dan mempelai wanita mengenakan gaun merah dan topi biru dan menyajikan teh untuk ibu mertuanya.
Sedangkan, mempelai pria memakai selendang membentuk "X" di depannya.
Namun, banyak alasan seorang pria untuk menceraikan istrinya.
Seperti gagal melahirkan seorang anak laki-laki, terbukti tidak setia, kurang patuh kepada orang tua suami, pencurian, menderita penyakit mematikan, cemburu, dan terlalu banyak bicara.
10. Wanita India bebas memilih suami mereka.
Meski di zaman sekarang, perkawinan yang dijodohkan itu masih menjadi praktik yang umum di India. Tapi di zaman kuno, seorang perempuan memiliki kedudukan sama dengan pria. Dia memiliki hak, tidak hanya dalam hal memilih suami tapi juga menentukan untuk menikah kapan pun dia mau.
Wanita India juga menerima pendidikan yang baik dan diizinkan untuk menjalani inisiasi dan mempelajari Weda. ( tribunnews.com )
Mosaik yang sama menunjukkan perempuan Romawi kuno juga menyukai olahraga. Prototipe barbel modern yang tampak di lukisan ini terlihat sangat mengesankan. Di Roma kuno, perempuan memiliki banyak kegiatan rekreasi dan kehidupan sosial yang kaya.
9. Seorang wanita China bisa ditinggalkan oleh suaminya jika dia berbicara terlalu banyak
Di Cina kuno, seorang wanita hampir tidak memiliki hak dan dianggap sebagai properti milik suaminya. Pernikahan diatur oleh mak comblang profesional, dan seorang perempuan biasanya baru bertemu dengan suaminya untuk pertama kali saat pernikahan berlangsung. Dalam sebuah pernikahan tradisional, orangtua mempelai laki-laki biasanya duduk, dan mempelai wanita mengenakan gaun merah dan topi biru dan menyajikan teh untuk ibu mertuanya.
Sedangkan, mempelai pria memakai selendang membentuk "X" di depannya.
Namun, banyak alasan seorang pria untuk menceraikan istrinya.
Seperti gagal melahirkan seorang anak laki-laki, terbukti tidak setia, kurang patuh kepada orang tua suami, pencurian, menderita penyakit mematikan, cemburu, dan terlalu banyak bicara.
10. Wanita India bebas memilih suami mereka.
Meski di zaman sekarang, perkawinan yang dijodohkan itu masih menjadi praktik yang umum di India. Tapi di zaman kuno, seorang perempuan memiliki kedudukan sama dengan pria. Dia memiliki hak, tidak hanya dalam hal memilih suami tapi juga menentukan untuk menikah kapan pun dia mau.
Wanita India juga menerima pendidikan yang baik dan diizinkan untuk menjalani inisiasi dan mempelajari Weda. ( tribunnews.com )