Wow, orang Indonesia ini beli perusahaan Lamborghini !
Produsen supercar Lamborghini yang akhir-akhir ini sedang memasarkan Huracan dan mengembangkan model konsep Asterion tercatat pada suatu masa pernah dimiliki oleh seorang konglomerat Indonesia.
Catatan yang menjadi semacam retrospeksi ini mengingatkan kembali masa yang terjadi sekitar 20 tahun lalu itu, atau tepatnya tahun 1994. Pembelinya adalah anak dari Presiden RI Soeharto, Tommy Soeharto, dan konglomerat Setiawan Djody.
Bagaimana ceritanya Lamborghini bisa dipegang oleh seorang Indonesia? Kisahnya berawal ketika Chrysler sebagai pemilik Lamborghini tidak kuat meneruskan kepemilikan perusahaan ini di tengah tekanan ekonomi. Pada 21 Januari 1994, Lamborghini pun beralih ke sebuah perusahaan berbasis di Bermuda yang bernama Megatech. Jurnal sejarah Lamborghini hanya menyebut pembelinya sebagai "unknown Indonesian".
Megatech inilah yang dimiliki oleh Tommy Soeharto (Hutomo Mandala Putra) dan Setiawan Djody. Mereka punya 60 persen saham, sementara sisanya dipegang sebuah perusahaan Malaysia, MyCom Berhad.
Pada masa itu, Lamborghini sedang mengembangkan Diablo, salah satu model sukses dalam jajaran merek asal Italia ini. Dua varian terkenal pada masa itu adalah SV yang menawarkan model dengan bobot ringan sekaligus bertenaga, serta VT Roadster model atap buka-tutup.Megatech sendiri saat itu membeli perusahaan Lamborghini dengan harga 40 juta dolar Amerika.
Tak cuma Diablo, sebuah sumber menunjukkan bahwa Setiawan Djody memperkenalkan model konsep lanjutan dari Lamborghini Japla, model sport dua pintu yang hadir sebelum model Gallardo. Sebelum "Japla II" terealisasi, Japla cukup terkenal, antara lain tampil di film Rocky IV (1985) ketika tokoh utamanya, Rocky (diperankan Sylvester Stallone), sedang mengendarai mobil tersebut.
Megatech pun pada masa yang sama memiliki pula perusahaan Vector, salah satu merek supercar Amerika yang cukup bergaung namanya pada masa itu, tetapi tidak berumur lama.
Usia Lamborghini di tangan dua konglomerat Indonesia ini berakhir pada 1998 ketika Indonesia mengalami krisis moneter. Lamborghini pun akhirnya dipegang VW-Audi hingga kini. Menurut media internasional, Megatech saat itu untung besar karena menjual perusahaan Lamborghini dengan harga 110 juta dolar AS dan nilainya menjadi berkali-kali lipat mengingat tingginya nilai dolar saat krisis moneter itu. ( otosia.com )
Catatan yang menjadi semacam retrospeksi ini mengingatkan kembali masa yang terjadi sekitar 20 tahun lalu itu, atau tepatnya tahun 1994. Pembelinya adalah anak dari Presiden RI Soeharto, Tommy Soeharto, dan konglomerat Setiawan Djody.
Bagaimana ceritanya Lamborghini bisa dipegang oleh seorang Indonesia? Kisahnya berawal ketika Chrysler sebagai pemilik Lamborghini tidak kuat meneruskan kepemilikan perusahaan ini di tengah tekanan ekonomi. Pada 21 Januari 1994, Lamborghini pun beralih ke sebuah perusahaan berbasis di Bermuda yang bernama Megatech. Jurnal sejarah Lamborghini hanya menyebut pembelinya sebagai "unknown Indonesian".
Megatech inilah yang dimiliki oleh Tommy Soeharto (Hutomo Mandala Putra) dan Setiawan Djody. Mereka punya 60 persen saham, sementara sisanya dipegang sebuah perusahaan Malaysia, MyCom Berhad.
Pada masa itu, Lamborghini sedang mengembangkan Diablo, salah satu model sukses dalam jajaran merek asal Italia ini. Dua varian terkenal pada masa itu adalah SV yang menawarkan model dengan bobot ringan sekaligus bertenaga, serta VT Roadster model atap buka-tutup.Megatech sendiri saat itu membeli perusahaan Lamborghini dengan harga 40 juta dolar Amerika.
Tak cuma Diablo, sebuah sumber menunjukkan bahwa Setiawan Djody memperkenalkan model konsep lanjutan dari Lamborghini Japla, model sport dua pintu yang hadir sebelum model Gallardo. Sebelum "Japla II" terealisasi, Japla cukup terkenal, antara lain tampil di film Rocky IV (1985) ketika tokoh utamanya, Rocky (diperankan Sylvester Stallone), sedang mengendarai mobil tersebut.
Megatech pun pada masa yang sama memiliki pula perusahaan Vector, salah satu merek supercar Amerika yang cukup bergaung namanya pada masa itu, tetapi tidak berumur lama.
Usia Lamborghini di tangan dua konglomerat Indonesia ini berakhir pada 1998 ketika Indonesia mengalami krisis moneter. Lamborghini pun akhirnya dipegang VW-Audi hingga kini. Menurut media internasional, Megatech saat itu untung besar karena menjual perusahaan Lamborghini dengan harga 110 juta dolar AS dan nilainya menjadi berkali-kali lipat mengingat tingginya nilai dolar saat krisis moneter itu. ( otosia.com )