Akhir tragis pria kaya raya penyumbang emas Monas, difitnah anggota PKI, sengsara dihari tua, anaknya sampai depresi
Monumen Nasional (Monas) yang terletak di Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat, dibuka secara resmi pada 12 Juli 1975. Di bagian Tugu Monas terdapat emas seberat 38 kg, meski ada versi lain yang menyebutkan kalau emas tersebut memiliki berat 28 kg.
Banyak orang percaya kalau emas di puncak Monas itu merupakan sumbangan dari seorang saudagar kaya asal Aceh bernama Teuku Markam. Meskipun tidak ada bukti jelas tentang penyumbang emas Monas, tapi banyak orang yang meyakini kalau Teuku Markam adalah orang yang menyumbangkan emas itu.
Banyak orang percaya kalau emas di puncak Monas itu merupakan sumbangan dari seorang saudagar kaya asal Aceh bernama Teuku Markam. Meskipun tidak ada bukti jelas tentang penyumbang emas Monas, tapi banyak orang yang meyakini kalau Teuku Markam adalah orang yang menyumbangkan emas itu.
Lalu siapakah Teuku Markam itu?
Meski asal usulnya kurang jelas, beberapa sumber menyebutkan kalau Teuku Markam lahir di Aceh pada tahun 1925. Sejak berusia 9 tahun, dia sudah jadi yatim piatu dan diurus oleh kakeknya bernama Cut Nyak Putroe.
Pada masa mudanya, Teuku Markam pernah mengikuti wajib militer dan dia mulai dilatih jadi seorang prajurit. Dia bahkan pernah dijadikan ajudan Jendral Gatot Subroto saat diutus ke Bandung.
Kemudian pada tahun 1957, Teuku Markam sudah diberikan pangkat kapten oleh pimpinannya. Tak lama kemudian, dia memutuskan kembali ke kampung halamannya di Banda Aceh dan mulai mendirikan usaha bernama PT Karkam.
Pemerintah RI mempercayai perusahaan ini untuk mengelola rampasan perang. Teuku Markam pun berhenti jadi prajurit untuk menjalankan perusahaannya tersebut.
Selain itu, dia juga berbisnis ekspor-impor seperti mobil Toyota dari Jepang, beton, baja dan bahkan senjata. Berkat usahanya itu, Teuku Markam jadi konglomerat paling kaya raya di Indonesia kala itu.
Teuku Markam juga dikenal dekat dengan Presiden Soekarno. Dia sudah berjasa banyak dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Namun malang, seiring berjalannya waktu, jasa Teuku Markam seolah dilupakan begitu saja oleh pemerintahan Soekarno.
Pernah difitnah sebagai anggota PKI dan pelaku korupsi.
Dia pernah difitnah sebagai anggota PKI dan sebagai koruptor. Tuduhan itu sampai menjebloskannya ke dalam penjara tanpa ada proses pengadilan terlebih dahulu. Beberapa kali Teuku Markam dipindahkan dari penjara ke penjara lainnya.
Pada tahun 1972, dia jatuh sakit dan harus dirawat di RSPAD Gatot Soebroto selama dua tahun. Penderitaannya semakin bertambah lagi ketika pada masa pemerintahan Orde Baru, harta milik PT. Karkam dirampas dan diakui sebagai milik pemerintah.
Alhasil Teuku Markam jadi hidup sengsara di hari tuanya. Anak-anaknya juga ikut hidup menderita, bahkan dikatakan salah satu anaknya ada yang menderita depresi. Hingga kekuasaan Orde Baru berakhir, jasa-jasa Teuku Markam seolah dilupakan begitu saja. ( wowmenariknya.com )
Meski asal usulnya kurang jelas, beberapa sumber menyebutkan kalau Teuku Markam lahir di Aceh pada tahun 1925. Sejak berusia 9 tahun, dia sudah jadi yatim piatu dan diurus oleh kakeknya bernama Cut Nyak Putroe.
Pada masa mudanya, Teuku Markam pernah mengikuti wajib militer dan dia mulai dilatih jadi seorang prajurit. Dia bahkan pernah dijadikan ajudan Jendral Gatot Subroto saat diutus ke Bandung.
Kemudian pada tahun 1957, Teuku Markam sudah diberikan pangkat kapten oleh pimpinannya. Tak lama kemudian, dia memutuskan kembali ke kampung halamannya di Banda Aceh dan mulai mendirikan usaha bernama PT Karkam.
Pemerintah RI mempercayai perusahaan ini untuk mengelola rampasan perang. Teuku Markam pun berhenti jadi prajurit untuk menjalankan perusahaannya tersebut.
Selain itu, dia juga berbisnis ekspor-impor seperti mobil Toyota dari Jepang, beton, baja dan bahkan senjata. Berkat usahanya itu, Teuku Markam jadi konglomerat paling kaya raya di Indonesia kala itu.
Teuku Markam juga dikenal dekat dengan Presiden Soekarno. Dia sudah berjasa banyak dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Namun malang, seiring berjalannya waktu, jasa Teuku Markam seolah dilupakan begitu saja oleh pemerintahan Soekarno.
Pernah difitnah sebagai anggota PKI dan pelaku korupsi.
Dia pernah difitnah sebagai anggota PKI dan sebagai koruptor. Tuduhan itu sampai menjebloskannya ke dalam penjara tanpa ada proses pengadilan terlebih dahulu. Beberapa kali Teuku Markam dipindahkan dari penjara ke penjara lainnya.
Pada tahun 1972, dia jatuh sakit dan harus dirawat di RSPAD Gatot Soebroto selama dua tahun. Penderitaannya semakin bertambah lagi ketika pada masa pemerintahan Orde Baru, harta milik PT. Karkam dirampas dan diakui sebagai milik pemerintah.
Alhasil Teuku Markam jadi hidup sengsara di hari tuanya. Anak-anaknya juga ikut hidup menderita, bahkan dikatakan salah satu anaknya ada yang menderita depresi. Hingga kekuasaan Orde Baru berakhir, jasa-jasa Teuku Markam seolah dilupakan begitu saja. ( wowmenariknya.com )