Parah, Software buatan Google diklaim bisa saingi tuhan
Tim ilmuwan komputer dan ahli medis dari Google serta tiga Universitas di Amerika Serikat (AS) kabarnya menemukan cara untuk memprediksi kematian pasien di rumah sakit.
Software dikembangkan yang mengandalkan teknologi kecerdasan buatan atau AI. Dilansir Phys, Rabu (31/1/2018), peneliti mengklaim software berbasis AI dengan kemampuan 'pembelajaran mendalam' bisa memprediksi hasil pasien ketimbang metode lain yang ada saat ini.
"Model ini mengungguli model prediktif tradisional dalam semua kasus," tulis sebuah pernyataan dari surat kabar.
Untuk membuat prediksi ini, software menggunakan data catatan medis termasuk demografi pasien, diagnosis dan prosedur sebelumnya, hasil lab serta tanda vital. Bagian teratas dari daftar hasil yang diprediksi adalah "angka kematian pasien rawat inap," di mana pasien dilaporkan sebagai "kadaluwarsa".
Namun terkadang perangkat lunak tersebut melampaui pertanyaan tentang kehidupan dan kematian, untuk menjawab pertanyaan penting bagi pasien serta administrator rumah sakit. Mesin juga kabarnya memprediksi penerimaan kembali pasien ke fasilitas medis dalam waktu 30 hari, kemungkinan masa tinggal dan diagnosis serta kode tagihan rumah sakit.
Makalah penelitian mempelajari 216 ribu pasien rawat inap dan 114 ribu pasien yang tidak dikenal oleh para periset di dua rumah sakit milik UC San Francisco dan University of Chicago.
"Klaim terbesarnya adalah kemampuan untuk memprediksi kematian pasien 24-48 jam sebelum metode saat ini, yang memungkinkan waktu bagi dokter untuk mengelola prosedur penyelamatan kehidupan," menurut majalah online Quartz, yang melihat makalah tersebut diterbitkan pada 26 Januari.
Perangkat lunak ini diklaim mampu memprediksi kematian dengan akurasi 93 persen sampai 95 persen, sekitar 10 persen lebih baik daripada metode prediksi tradisional, menurut surat kabar tersebut. ( okezone,com )
Software dikembangkan yang mengandalkan teknologi kecerdasan buatan atau AI. Dilansir Phys, Rabu (31/1/2018), peneliti mengklaim software berbasis AI dengan kemampuan 'pembelajaran mendalam' bisa memprediksi hasil pasien ketimbang metode lain yang ada saat ini.
"Model ini mengungguli model prediktif tradisional dalam semua kasus," tulis sebuah pernyataan dari surat kabar.
Untuk membuat prediksi ini, software menggunakan data catatan medis termasuk demografi pasien, diagnosis dan prosedur sebelumnya, hasil lab serta tanda vital. Bagian teratas dari daftar hasil yang diprediksi adalah "angka kematian pasien rawat inap," di mana pasien dilaporkan sebagai "kadaluwarsa".
Namun terkadang perangkat lunak tersebut melampaui pertanyaan tentang kehidupan dan kematian, untuk menjawab pertanyaan penting bagi pasien serta administrator rumah sakit. Mesin juga kabarnya memprediksi penerimaan kembali pasien ke fasilitas medis dalam waktu 30 hari, kemungkinan masa tinggal dan diagnosis serta kode tagihan rumah sakit.
Makalah penelitian mempelajari 216 ribu pasien rawat inap dan 114 ribu pasien yang tidak dikenal oleh para periset di dua rumah sakit milik UC San Francisco dan University of Chicago.
"Klaim terbesarnya adalah kemampuan untuk memprediksi kematian pasien 24-48 jam sebelum metode saat ini, yang memungkinkan waktu bagi dokter untuk mengelola prosedur penyelamatan kehidupan," menurut majalah online Quartz, yang melihat makalah tersebut diterbitkan pada 26 Januari.
Perangkat lunak ini diklaim mampu memprediksi kematian dengan akurasi 93 persen sampai 95 persen, sekitar 10 persen lebih baik daripada metode prediksi tradisional, menurut surat kabar tersebut. ( okezone,com )